Rabu, 27 April 2011

Cerita Berkisah

Selembar kertas tipis di sudut tembok yang baru saja dicat merah marun.
Satu dua lembar tersungkur di atas meja cendana berukir Jepara halusmu.
Bersama sebatang pena dan sedikit membercak pada lembar: penuh tinta.
Garis hitam, biru, dan merah melingkar, melengkung, menyudut, kemudian titik.
Sampai kapan garis tali-tali berakhir dengan dua butir aksaramu berpeluh tinta: aku tidak tahu.
Meraut senyum atau kecewa jadi penanda ceritamu siap dibaca.
Kisah yang bercerita lelaki renta cinta pada keindahan cahaya.
Yang masih saja mencuri arah dalam rongga jeruji besi dingin.
Dan menghardik tembok-tembok bisu sesak.
Secarik kertas ditarik lagi.
Lalu berbercak tinta lagi.
Sampai nafasmu berdengus beriringan habisnya warna-warna tinta yang mulai beku.

.L.H.
Rawamangun-Bintara, 08 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar