Diri ini belum dewasa benar untuk berbicara suatu waktu
Masa ketika sang Tuhan memenuhi mimpi untuk hidup di satu tempat yang sama
Tempat di mana hati ini akan dijaga oleh sang rasa
Duka dan bahagia menjadi babak kehidupan dalam sketsa
Bahumu nanti akan ku jadikan penyangga duka
Telingaku nanti akan kau jadikan pelepas gelisah
Tanganmu nanti akan ku jadikan penopang bahagia
Suaraku nanti kan kau jadikan pelipur lara
Diri ini belum dewasa benar untuk merangkai asa
Harapan dan doa memaksa untuk disapa
Untuk sebuah bahagia yang kan diraba dan dijaga
Bertaruh dalam doa agar sampailah cita-cita
Diri ini belum dewasa benar untuk melintasi batas waktu
Namun ku yakin dalam teguh
Suatu saat dua hati kan bersatu
Sang waktu pun tak sabar menunggu
Minggu, 29 Agustus 2010
Jumat, 27 Agustus 2010
Ragu Itu Kini Beku
Entah apa yang merasuk pikiranku waktu itu
Berkata-kata seolah ku ragu dengan suatu ikatan utuh
Tak ada maksud hatiku menyayat hatimu hingga rapuh
Berulang kau yakinkah aku tiada jenuh
Maafkan aku yang membuatmu galau
Aku tak ingin rajut dan sulam senyum kita kacau
Aku masih ingin mendengar senandung kita berkicau
Walau nantinya akan ada suatu babak bak suara sengau
Berkata-kata seolah ku ragu dengan suatu ikatan utuh
Tak ada maksud hatiku menyayat hatimu hingga rapuh
Berulang kau yakinkah aku tiada jenuh
Maafkan aku yang membuatmu galau
Aku tak ingin rajut dan sulam senyum kita kacau
Aku masih ingin mendengar senandung kita berkicau
Walau nantinya akan ada suatu babak bak suara sengau
Minggu, 22 Agustus 2010
Semua Akan Indah pada Waktunya
Tak ada yang membuat wanita bahagia kecuali sebuah kepastian apa yang dinamakan cinta
Cita-cita untuk menata sebuah armada bahagia bersama sang nahkoda
Walau semua hanya baru terlihat bagai bayangan fana
Semua akan indah pada waktunya
Ternyata benar orang tua dulu berkata
Seorang wanita lebih baik bersama pria mencintainya daripada yang ia cinta
Aku tanamkan kata itu dalam jiwa
Namun Tuhan Maha Sempurna
Ia ada pria yang ku cintai dan mencintai
Begitu dahsyat rahmat cinta-Nya
Kini angin membawaku terbang bagai burung di sana
Mungkin ia adalah nahkoda kapalku nanti
Yang akan membawa aku dan sang generasi pada armada bahagia
Aku akan menunggunya seperti yang ia minta
Walau butuh sebuah kerelativan waktu yang tak tentu arah
Aku tahu ini adalah cita dan cinta yang ia janjikan
Karena semua benar-benar indah pada waktunya
Cita-cita untuk menata sebuah armada bahagia bersama sang nahkoda
Walau semua hanya baru terlihat bagai bayangan fana
Semua akan indah pada waktunya
Ternyata benar orang tua dulu berkata
Seorang wanita lebih baik bersama pria mencintainya daripada yang ia cinta
Aku tanamkan kata itu dalam jiwa
Namun Tuhan Maha Sempurna
Ia ada pria yang ku cintai dan mencintai
Begitu dahsyat rahmat cinta-Nya
Kini angin membawaku terbang bagai burung di sana
Mungkin ia adalah nahkoda kapalku nanti
Yang akan membawa aku dan sang generasi pada armada bahagia
Aku akan menunggunya seperti yang ia minta
Walau butuh sebuah kerelativan waktu yang tak tentu arah
Aku tahu ini adalah cita dan cinta yang ia janjikan
Karena semua benar-benar indah pada waktunya
Pertemuan Dua Hati
Malam kini telah menjadi saksi
Pertemuan dua hati dengan seuntai janji
Sempat ragu menggoyahkan hati
Namun katamu yang selalu meyakini
Tuhan, aku memohon pada-Mu
Lindungilah hati yang telah Kau ramu
Bukannya aku ragu akan fitrah dari-Mu
Tapi ku takut akan luka yang tertuju
Tangisan malam itu sungguh tulus
Dimana ia menyusun paradigma agar lurus
Jika bahagia hati memang harus tergerus
Biarkan aku yang terakhir ia buat kurus
Pertemuan dua hati dengan seuntai janji
Sempat ragu menggoyahkan hati
Namun katamu yang selalu meyakini
Tuhan, aku memohon pada-Mu
Lindungilah hati yang telah Kau ramu
Bukannya aku ragu akan fitrah dari-Mu
Tapi ku takut akan luka yang tertuju
Tangisan malam itu sungguh tulus
Dimana ia menyusun paradigma agar lurus
Jika bahagia hati memang harus tergerus
Biarkan aku yang terakhir ia buat kurus
Rabu, 18 Agustus 2010
Batu Karang
Senyumku terajut ketika melihat betapa kokohnya batu karang yang diterpa ombak itu
Pernah aku bermimpi menjadi sesosok batu karang di sana
Berdiri kokoh walau jutaan ombak menerjang.
Memang benar semakin besar batu karang di sana semakin kencang deburan ombak menyapa
Kini aku terasa benar-benar menjelma seperti batu karang itu
Sempat ku tak percaya,
namun kau menyadarkanku dari anganku bahwa semua ini nyata adanya.
Aku Menyebutnya Anugrah
Ketika dua pasang mata bertegur sapa
Tak ada yang menyangka begini jadinya
Waktu seolah mengatur sebuah naskah
Para pemainnya terjebak dalam rasa
Jiwa dan raga seolah tak bersahaja
Waktu itu aku kira ini semua rekayasa
Sebuah goresan sketsa anak manusia
Tak ada rasa yang terukir mempesona
Semua mengalir begitu saja
Tanpa tahu siapa yang mengatur semua
Dulu sajak-sajak begitu asing menyapa
Hanya gurauan belaka yang tiada guna
Senyum lugu hanya sebagai penyangga
Tak jarang guratan tawa mengisi celah
Ya, mungkin aku belum tahu nilai dari sebuah rasa
Kini semuanya berbeda dalam sekejap
Entah bagaimana sajak-sajak menatap
Hingga aku benar-benar diam terhenyak
Merangkai ribuan terka dalam benak
Bahkan ketika aku jatuh dalam lelap
-LRSSHD-
Kamis, 12 Agustus 2010
Langganan:
Postingan (Atom)