Pujian malam yang tak lagi bersorak. Tak ada lagi mata-mata yang rela untuk terjaga memaksa. Walau sekedar ‘kan pecahkan senyap yang mendingin dan akan mengembun sebab sunyi sudah geram sikutnya bersembunyi. Mendongak mata tatap cahaya yang menusuk menembus rongga yang ternganga. Kepik cahaya masih setia dan berkenan berpesta bersama riuh bising jangkrik yang ejek mata-mata yang kiranya sedang memicing rapat. Andai pelangi tahu kunang-kunag yang ku sebut kepik tadi menari-nari, alangkah sungguh manis sekali. Pancing terus hujan yang basah, ritual tarian malam masih berlenggok gemulai. Mungkin surat undangan pesta malam itu belum juga sampai. Saat bulan yang mengintip, barulah kepik sombongkan sayap-sayap yang senantiasa syahdu berdenggung. Harap ingin koyak kerinduan gulita malam yang gundah. Pelangi tak kan muncul lagi selain musim ranum tiba. Manis nanti kan ejek indera kecapku.
Rinduku dalam gulita, pelangiku :)
Bukit Kepik-Sukabumi, 08/02/11
02:10