Rabu, 27 April 2011

Romansa
















Hujan yang berbisik pada dingin malam: aku akan datang.

Ada sejumput hangat merekat di bawah tenda.

Kilat menyambar akar-akar gelap yang beku.

Cairlah siku-siku meraih pelosok sudut yang mencair di jemari.

Bersama angin menahan keliru yang menyerbu.

Pada daun-daun tersipu malu ia bercerita.

Aku bersama air itu akan terjun jatuh malam ini.

Gelap akan semakin kelu dan beku.

Dan aku ingin kau terjaga di balik tirai yang basah di laman.

Butir-butir itu sampaikan pesan: aku datang.

Berdansa bersama angin yang bedoa.

Lalu, tenggelam dalam romansa.


.L.H.
Rawamangun-Bintara, 22 April 2011

Cerita Berkisah

Selembar kertas tipis di sudut tembok yang baru saja dicat merah marun.
Satu dua lembar tersungkur di atas meja cendana berukir Jepara halusmu.
Bersama sebatang pena dan sedikit membercak pada lembar: penuh tinta.
Garis hitam, biru, dan merah melingkar, melengkung, menyudut, kemudian titik.
Sampai kapan garis tali-tali berakhir dengan dua butir aksaramu berpeluh tinta: aku tidak tahu.
Meraut senyum atau kecewa jadi penanda ceritamu siap dibaca.
Kisah yang bercerita lelaki renta cinta pada keindahan cahaya.
Yang masih saja mencuri arah dalam rongga jeruji besi dingin.
Dan menghardik tembok-tembok bisu sesak.
Secarik kertas ditarik lagi.
Lalu berbercak tinta lagi.
Sampai nafasmu berdengus beriringan habisnya warna-warna tinta yang mulai beku.

.L.H.
Rawamangun-Bintara, 08 April 2011

Jika Aku Mau..

Jika aku mau..
Aku sudah pergi sejauh-jauhnya
Meninggalkan segala risau dan kegalauan
Menyudutkan kepenatan yang menghujam
Menghakimi segala dedikasi yang lugu
Mencabut akar perih yang merintih
Lalu hilang..

Tetapi aku tidak mau..
Aku masih di sini,
Ingin ku semai lagi bibit keikhlasan
Di dasar hati yang mulai gersang
Ku tebus ucapku dulu,
Aku akan setia menyeka air matamu
Kita di sini..
Kita Diuji..
Dan kita Mengkaji..

Aku mau singkap telapak tanganmu,
Buka kelopak matamu
Lalu lihat..
Aku benar-benar masih di sampingmu
Ku siapkan bahu rapuhku
Untuk hapus lagi air matamu
Menyangga linang di bola matamu.

Aku mau berdiri di sini bukan tanpa arti
Akan setia menyeka air matamu
Membujukmu lukis lagi senyum itu kawan
Genggam tanganku..
Dekap aku semaumu..
Sekarang, nanti, hingga kemudian hari
Sampai tumit ini tak kuasa lagi bertumpu
Sampai kaki ini tak mampu lagi berdiri

:teruntuk sejawat kawanku



Bekasi, 19 Maret 2011

.L.H.